Sunday, November 4, 2012

IYD 2012 KaLbaR

Posted by wahyu cahyani at 9:03 PM 0 comments

18 Oktober 2012
            Hari ini adalah hari berkumpulnya peserta IYD Kontingen Semarang di Wisma YSC untuk misa pelepasan dan persiapan terakhir. Jujur, aku merasa belum siap dan juga belum pantas. Tapi Tuhan sendirilah yang telah memantaskan aku melakukan hal baik dalam hidupku. Aku berangkat dengan agak terburu-buru karena waktu itu aku harus menyelesaikan praktikum yang terakhir. Saat pikiran menjadi tidak fokus dan fisik meminta untuk istirahat, disitulah tantangannya. Namun, aku berusaha semampuku untuk tetap meneruskannya.
Sampai di Wisma YSC ada misa pelepasan untuk memberikan semangat dan dukungan, serta kekuatan bagi peserta IYD. Setelah itu ada sharing dari Romo Junet mengenai kehidupan di tanah Borneo. Banyak hal yang diceritakan oleh beliau mengenai cara hidup dan tingkah laku yang berlaku di sana. Tidak terasa waktu sudah larut malam. Latihan untuk penampilan kontingenpun akhirnya dibatalkan karena waktu juga sudah tidak memungkinkan. Semuanya terlihat sibuk untuk mempersiapkan barang bawaannya masing-masing.
Pertemuan ini ditutup dengan tidur malam. Yap, jelas masih banyak orang yang melakukan packing dan persiapan lainnya. Aku langsung istirahat karena aku merasa sudah mempersiapkan semuanya. Ternyata dalam sebuah persiapan, kuncinya adalah ketenangan. Dalam ketenangan kita bisa berfikir dengan lebih fokus.

19 Oktober 2012
Pagi itu pukul 7 kami harus sudah siap untuk berangkat ke bandara. Kami menuju ke bandara menggunakan 3 bus. Setelah check in lalu masuk ke ruang tunggu. Setelah pesawatnya siap kami masuk ke pesawat dan bersiap untuk terbang menuju tanah Borneo ;) Perjalanan udara kurang lebih 1,5 jam. Dari pesawat terlihat kenampakan alam yang bermacam-macam. Sesaat sebelum mendarat terlihat sungai Kapuas yang begitu menarik. Akhirnya pesawat mendarat di Bandar Udara Supadio. Tidak terasa aku bisa kembali ke Borneo. Setelah sampai, lalu naik bis sebentar kemudian menunggu barang bagasi. Di sana sudah ada 1 laki-laki dan 1 perempuan yang menggunakan pakaian adat. Mereka membawa papan bertuliskan ‘Keuskupan Agung Semarang’. Aku yakin mereka yang menyambut kami dalam acara IYD ini. Setelah itu kami naik bis besar menuju sebuah gedung serbaguna untuk makan siang. Lalu perjalanan kami berlanjut ke rumah adat. Kami mendapat tempat live in di Sintang, keuskupan yang paling jauh jika dibandingkan dengan Sanggau dan Pontianak. Sore itu pukul 5 perjalanan ke Sintang dimulai. Saat itu hujan sangat deras. Pada jam 10 malam kami berhenti di sebuah rumah makan. Rasanya sudah tidak lapar dan lelah untuk berhenti. Aku hanya ingin segera sampai di tempat tujuan. Lalu perjalanan dilanjutkan. Kami tidur di bis. Sampai akhirnya pagi hari matahari mulai tersenyum menyambut kedatangan kami di Sintang, tepatnya di Paroki Pandan.
Bukan kemana kita pergi, namun bersama siapa kita pergi. Dan hari ini aku merasa teman-teman peserta IYD telah menjadi bagian hidupku melalui perjalanan lintas pulau dan sebrang laut ;)

20 Oktober 2012
Hari pertama di Sintang kami transit ke Paroki Pandan untuk snack dan istirahat. Kami dibagi ke dalam beberapa paroki yang ada di Keuskupan Sintang. Dan ternyata aku masuk di Paroki Pandan. Dari Keuskupan Agung Semarang ada 4 orang yang akan live in di Paroki Pandan. Jam 8 kami melanjutkan perjalanan ke katedral Sintang untuk upacara pembukaan dan makan pagi. Lalu kami menuju paroki  tempat live in. 
Kami dijemput menggunakan motor. Waooow, rasanya mau pingsan karena jarak yang ditempuh cukup jauh dan jalan yang rusak. Perjalanan ke Paroki Pandan ditempuh selama 1,5 jam. Sebelumnya kami mampir ke Sungai Kapuas dan berfoto bersama. Setelah sampai di Paroki Pandan kami beristirahat sejenak dan bertemu dengan pengurus dewan paroki di sana. Aku mendapat tempat live in di SP1. Perjalanan dari Paroki ke Stasi SP1 cukup lama yaitu 1 jam menggunakan sepeda motor. Jalannya??? Jangan ditanya. Perutku sakit akibat jalanan yang tidak rata dan sangat rusak.
Setelah berjuang melalui perjalanan yang menegangkan sampai juga di rumah stasi, tempat aku akan live in. Rumah itu adalah rumah stasi namun ada keluarga yang tinggal di sana, yaitu keluarga Bapak Emanuel. Istrinya bernama Bibiana, aku biasanya memanggil dengan sebutan Kak Bibi. Anaknya masih kecil sekitar umur 4 tahun, namanya Albi. Setelah itu aku diajak oleh OMK Stasi untuk keliling kampung melihat keadaan desa yang ada di sana. Setelah istirahat, aku diajak untuk pergi ke ladang kelapa sawit. Ternyata tempatnya jauuuuh sekali. Di sana kelapa sawit yang ada di ladang dipindah untuk ditimbang. Kak Bibi mencari daun pakis untuk sayuran. Tanganku dimakan nyamuk yang ada di ladang itu. Setelah sampai di rumah, kami membersihkan gereja yang terletak di dekat rumah stasi. Kami harus membersihkannya karena malamnya akan dipakai untuk pertemuan OMK. Setiap Sabtu malam, OMK berkumpul untuk berdoa Rosario. Setelah doa, ada sharing dari teman-teman OMK yang menceritakan suka duka menjadi OMK di sana. Acara dilanjutkan dengan latihan koor untuk ibadat. Aku kaget saat aku tahu bahwa ternyata romo jarang datang ke gereja untuk memimpin misa. Ternyata di sana hanya ibadat. Sampai Bulan Oktober saja, romo baru berkunjung sebanyak 2 kali. Namun aku senang bisa bertemu dengan teman-teman OMK di Stasi SP1 dan juga keluarga yang sangat terbuka dan mau menerimaku.
Malam harinya aku masih sharing dengan keluarga tempat live in. kami saling bercerita tentang keluarga kami masing-masing dan pengalaman-pengalaman yang bisa dijadikan pelajaran. Melalui proses inilah kami saling mengetahui dan mengenal satu sama lain.

21 Oktober 2012
Pagi hari aku bangun untuk bersiap-siap ibadat, tapi cuaca tidak mendukung. Sejak semalam hujan turun dengan deras. Maka ibadat yang awalnya direncanakan jam 8 pagi ternyata dimulai jam 9 pagi. Setelah ibadat aku diberikan kesempatan untuk memperkenalkan diri kepada umat di sana. Setelah itu kami berfoto bersama. Aku merasa salut dengan OMK di sana karena mereka tetap semangat meskipun banyak tantangannya. Jarak satu rumah dengan rumah lainnya lumayan jauh, lalu jalan juga masih rusak. Aku benar-benar merasakan semangat melayani dari mereka. Bahkan OMK di SP1 meraih berbagai prestasi pada saat acara Paroki Cup, yaitu juara Paduan Suara, badminton, dan voli. Prestasi yang luar biasa di balik keterbatasan fasilitas.
Selesai ibadat, aku diajak untuk berwisata rohani ke Bukit Kelam. Perjalanan kira-kira 2-3 jam ditempuh menggunakan sepeda motor. Kami berangkat bersama-sama dengan teman-teman satu paroki. Jalan yang kami lalui cukup menantang dengan berbagai lubang dan kerusakan di sana sini. Sebelumnya kami singgah di seminari yang ada di Keuskupan Sintang. Hujan turun cukup deras, maka kami menunggu sampai hujan reda. Setelah hujan reda, kami melanjutkan perjalanan ke Bukit Kelam. Meskipun kami lelah, kami terus berjalan. Sebenarnya aku sedikit mengantuk namun aku berusaha untuk tetap fokus dan melihat pemandangan di sana. Masih banyak terdapat pohon-pohon besar dan jalannya naik turun.
Sesampainya di Bukit Kelam, kami berjalan terus sampai ke gua maria. Di setiap perhentian ada patung 3 dimensi yang cukup besar. Di kanan dan kiri banyak terdapat pohon-pohon bambu. Setelah berdoa di depan gua, kami berjalan ke atas menuju sebuah kolam ikan. Ada terdapat banyak ikan di kolam itu. Lalu kami melanjutkan perjalanan ke wisata air terjunnya. Air terjunnya sangat indah. Kami harus berjalan menaiki anak tangga. Aku tetap melangkahkan kakiku dengan penuh semangat. Tidak terbersit dalam pikiranku untuk istirahat. Akhirnya aku melihat air terjun itu. Setelah puas menikmati air terjun, aku dan teman-teman OMK turun. Setelah istirahat sebentar, kami melanjutkan perjalanan untuk pulang. Terkadang aku berpikir bagaimana kalau malam hari? Pasti gelap dan sepi. Masih ada daerah yang tidak terdapat signal maupun listrik. I can’t imagine it ! Teman-teman di sana masih mampu, mau dan memiliki semangat untuk bekerja keras melayani Tuhan dan sesama dengan senang hati.
Sore hari setelah pulang dari Bukit Kelam, Kak Bibi khawatir padaku. Kak Bibi sudah menyiapkan masakan sejak sore tadi. Tapi aku baru pulang jam 7 malam. Aku jadi merasa bersalah karena meninggalkan rumah terlalu lama. Setelah makan dan mandi, aku bersiap untuk doa rosario di rumah penduduk, dan aku diberikan kehormatan untuk memimpin doa Rosario. Awalnya aku bingung dan takut. Apa lagi ini Tuhan? Siapa aku sampai boleh mendapat kesempatan seperti itu? Aku dianggap dan diterima dengan baik. Hal itu aku anggap sebagai sebuah kesempatan yang baik.
Sampai di rumah, Pak Emanuel masih bercerita tentang pengalamannya dan kondisi umat di Stasi SP1. Kak Bibi membuatkanku sebuah rosario dan juga gelang yang bertuliskan nama panjangku. Itu sebagai kenang-kenangan dari mereka. Malam itu adalah malam terakhirku di tempat live in.

22 Oktober 2012
Hari ini adalah, hari terakhir di tempat live in. Siang nanti peserta live in akan diantar ke katedral Sintang untuk acara penutupan. Pagi hari aku diajak ke ladang karet untuk noreh. Getah karet itu akan dijual sehingga menjadi sebuah pendapatan. Selain karet ada juga kebun singkong dan semangka. Setelah selesai noreh, aku pulang dan membantu Kak Bibi untuk memasak. Aku membantu membuat tumis kangkung, menggoreng tahu, telur dan singkong. Setelah mandi, aku makan bersama dengan keluarga. Lalu ada teman-teman OMK yang datang dan kami makan bersama. Saat aku akan meninggalkan tempat itu, aku sangat sedih. Albi sedang tidur jadi aku tidak membangunkannya. Meskipun hanya sebentar, tapi aku merasa keluarga ini sangat dekat denganku.
Aku diantar menuju katedral Sintang. Sampai di sana, ada misa penutupan live in, dan ada juga budaya-budaya dari daerah lainnya. Kontingen yang live in di Sintang adalah dari  Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Bogor dan Keuskupan Agung Semarang. Setelah pagelaran budaya, ada taize dan adorasi yang cukup lama. Doa taize selalu menjadi kerinduanku karena dengan duduk tenang, aku bisa merasakan karunia Tuhan yang ada di dalam hidupku.
Melalui live in, aku bisa merasakan perjumpaan dengan Tuhan lewat keluarga live in dan juga orang-orang yang aku jumpai. Aku mendapatkan tantangan dan hambatan yang berbeda. Harapanku adalah aku bisa datang dan bertemu lagi dengan mereka, suatu saat nanti. Terima kasih untuk keluarga bapak Emanuel, Pak Henky sebagai ketua stasi dan teman-teman OMK (Kak Rani, kak Nino, Tony, Andre, Mitha, Nanda, Mira, dan semuanya).

23 Oktober 2012
            Kami akan meninggalkan Sintang untuk menuju ke Sanggau dimana acara puncak akan dilaksanakan. Rasanya sangat berat sekali, karena dalam live in tersebut aku bisa merasakan kesederhanaan dan kehangatan dari keluarga live in. Bahkan aku sudah dianggap sebagai bagian dari keluarganya. Namun, Sanggau telah menunggu dengan berbagai keunikannya. Perjalanan kira-kira 4 jam. Kami langsung berganti kostum pakaian daerah. Karena hujan, maka acara pawai ditunda sampai hujan berhenti. Tidak berapa lama kami bersiap untuk pawai. Banyak orang yang melihat dan juga antusias menyambut kami. Aku benar-benar merasa terkesan akan penyambutan mereka. Rasanya seperti menjadi ratu dan raja. Kami dari kontingen Semarang menyanyikan yel-yel penyemangat. Sampai kami tiba di mega tenda, masih banyak orang yang menyalami kami. Kontingen Semarang mendapat tempat duduk di bagian depan panggung. Dan euforia IYD pun dimulai.
            Malam harinya ada misa pembukaan kemudian dilanjutkan dengan acara malam keakraban yaitu berisi yel-yel dari setiap keuskupan. Jumlah peserta dari setiap keuskupan berbeda-beda, ada yang banyak ada juga yang sedikit. Namun yang sama adalah semangat kami dalam mengikuti IYD. Kami sama-sama ingin berbagi dan memperdalam iman melalui perjumpaan dengan OMK se-Indonesia. selain yel-yel ada pula sharing singkat dari beberapa keuskupan yang menceritakan pengalaman mereka saat live in maupun perjalanan mereka hingga sampai ke Kalimantan. Banyak hal yang menarik dan juga pengalaman perjuangan yang begitu berat hingga sampai di Sanggau.
            Hari ini Sanggau sangat luar biasa. Perubahan dari tempat live in menjadi mega tenda memberikanku sebuah refleksi bahwa kita harus berani untuk meninggalkan hal lain karena hal baru yang akan kita temui tentu memberikan warna yang berbeda. Warna berbeda memberikan makna bahwa kita tentu akan memperkaya diri kita dengan hal baru.

24 Oktober 2012
Acara pertama yang akan kami ikuti adalah upacara pembukaan di lapangan. Meskipun cuaca sangat panas, kami berusaha untuk tetap mengikutinya. Di akhir upacara ada pemukulan kentongan yang menandai bahwa IYD 2012 dibuka. Lalu ada para penari yang menggunakan pakaian daerah dari berbagai tempat di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa keberagaman dapat menyatukan kita sebagai warga Indonesia.
Acara dilanjutkan dengan workshop. Kami mengikuti tema workshop sesuai dengan ketentuan yang sudah ada. Waktu itu, aku mengikuti workshop dengan tema ‘Imanku di Era Digital’ bertempat di Gedung Betomu. Materi yang disampaikan adalah mengenai peran OMK dalam tugas pewartaan Gereja di era digital. Beberapa poin penting yang bisa diambil adalah:
a.       Perkembangan teknologi saat ini tidak bisa dibendung lagi. Teknologi kini berkembang dengan sangat cepat. Hal ini mempengaruhi mind set kita mengenai identitas dan budaya suatu daerah.
b.      Sebagian besar teknologi dikuasai oleh kaum muda. Sehingga kaum muda seharusnya bisa menggunakannya dengan bijaksana serta mampu memanfaatkannya dengan nuansa katolik. Misalnya dengan sharing iman, ataupun hal lainnya yang bisa menguatkan iman.
c.       Meskipun Injil diwartakan dalam dunia maya, namun Injil harus tetap diwujudkan dalam dunia nyata. Percuma saja jika kita hanya mewartakannnya melalui dunia maya tapi tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Relasi dan perjumpaan dengan komunitas secara langsung sangat diperlukan.
d.      Globalisasi menjadi sebuah rahmat bagi kita semua. Dengan adanya globalisasi maka kita bisa berbagi informasi dengan efektif dan efisien. Maka kita bisa maju jika kita mampu menguasai teknologi. Dalam hal ini, kaum muda menjadi kunci penting dalam pemanfaatan teknologi. Dengan kemudahan ini, tidak menutup kemungkinan bahwa kita juga dapat mewartakan Injil melalui teknologi yang ada.
e.       Pewartaan di zaman digital ini dapat dilakukan melalui berbagai cara. Misalnya: radio, TV, presentasi, film, internet, musik, printing, game, entertainment dan lainnya.
Di akhir ini, ada sebuah kesimpulan yang menarik, yaitu pastikan untuk mewartakan Injil dengan penuh semangat. Di era digital seperti sekarang saatnya pewartaan Injil melalui multimedia.
Setelah workshop, ada pemberian materi dari Komisi Kepemudaan KWI. Secara ringkas, hal-hal penting yang bisa diambil adalah:
1.      Kita melihat pengalaman biasa menjadi pengalaman luar biasa, bisa melihat peristiwa biasa menjadi pengalaman iman.
2.      Caranya adalah kita harus memperluas pengetahuan dan bisa mempertanggungjawabkan iman.
3.      Tema IYD ini adalah berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh dalam iman. Awalnya kita mengetahui kemudian memahami lalu menjelaskan pada orang lain. Mengakar berarti memiliki pengetahuan yang baik dan luas. Bagaimana OMK menjadi pembela orang muda dengan kesaksian? Hal paling penting adalah harus menyadari bahwa untuk menjadi peserta IYD ini aku dipilih oleh Allah. Saat live in tentunya banyak hal yang dirasakan, salah satunya menyadari kehadiran Tuhan lewat keluarga live in.
4.      Lalu setelah memiliki pengetahuan dan memahami, kita dapat membawa dan memperkaya diri kita. Untuk selanjutnya bisa diwartakan menjadi sebuah kesaksian.
Kemudian kami diajak untuk sharing dalam kelompok kecil untuk menceritakan pengalaman saat live in. Cerita teman-teman sangat menarik dengan keunikannya masing-masing. Setelah itu ada doa taize, adorasi dan pengakuan dosa. Malam itu suasana sangat hening. Setelah mengaku dosa, aku merasa terlahir menjadi manusia baru. Penyesalan akan dosa-dosa tergantikan dengan sukacita dan ungkapan syukur atas iman dan pengampunan yang boleh diterima.

25 Oktober 2012
Pagi hari acara dibuka dengan misa harian yang dimulai pukul 6. Kemudian dilanjutkan dengan materi dari Uskup Situmorang dan Uskup Agustinus Agus (Uskup Keuskupan Sintang). Hal yang diangkat adalah OMK makin beriman, makin mengindonesia.          Beriman itu lebih dari percaya. Pertama, kita harus mengetahui yakni memiliki pengetahuan tentang orang yang kita imani. Kedua, mau mengenal. Pengenalan yakni mengetahui secara lebih mendalam. Ketiga, menerima dan  bersatu serta menjalin relasi/hubungan yang lebih bersifat pribadi, mendalam dan utuh. Beriman yakni mengimani Tuhan, memiliki hubungan dan kegiatan interaktif antara saya dengan Tuhan. Beriman dalam Tuhan berarti Tuhan hidup dan saya hidup dalam Tuhan. Ada intensitas, totalitas dan dinamis. Beriman kristiani berarti menerima Juru Selamat. Maka salah satu cara menjalin relasi adalah dengan membaca Injil. Dengan demikian, pesan dari Uskup Situmorang adalah ‘Bacalah Ijil !’.
            Berteguh dalam iman berarti pertama, kenallah Yesus dengan membaca Injil. Melalui Injil kita bisa semakin tahu dan memahami Yesus. Kedua, berdoa sebelum dan saat bekerja. Ambillah waktu dan pilih tempat yang cocok untuk berkomunikasi dengan Tuhan di sela-sela kesibukan. Ketiga, berkata dan bertingkah laku seperti Yesus. Sedangkan menghayati iman yakni menjadi garam yang bisa mengubah kehidupan. Iman adalah sebuah anugerah. Beriman itu kuat, tegas, kokoh tetapi lembut. Mau menyadari dan menghayati Yesus dalam kehidupan.
            Kita sebagai warga gereja yang juga sebagai warga Indonesia memiliki kewajiban untuk menciptakan perdamaian. Faktanya, masih banyak konflik antar suku, kekerasan dan hal-hal lain yang menjauhkan kita sebagai saudara sebangsa. Maka, kita diajak pula untuk menjadi pembawa damai dan harapan di tengah masyarakat. Salah satunya dengan menjalankan peran dan tanggung jawab kita sesuai dengan aturan yang berlaku. Menganggap dan memperlakukan manusia sesuai dengan kodratnya.
            Pada kesempatan itu juga diundang seorang anak muda dari Jakarta yang telah mendirikan sebuah koperasi bernama Koperasi Kasih Indonesia. KKI ini tentu telah memberikan kesejahteraan bagi anggotanya. Menurutnya, Tuhan telah mengubah hidupnya dan memberikan hal yang tidak pernah ada dalam pikirannya. Kehendak Tuhan melebihi batas kemampuan berpikir manusia. Tuhan itu dahsyat kuasa-Nya. Ia yang telah mengubah hidupnya dari keterpurukan menjadi sebuah kegembiraan bahkan menjadikan hidupnya lebih berarti bagi sesama di usianya yang masih muda.
            Malam harinya ada pagelaran budaya. Acara ini menampilkan berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia. Beberapa keuskupan menampilkan kekhasan dari daerahnya. Aku melihat hal itu sebagai sebuah kekayaan yang ada di Indonesia. Perbedaan yang menimbulkan indahnya keberagaman. Setelah acara pagelaran budaya, ada api unggun dan pesta kembang api. Kegiatan ini dilakukan di lapangan diiringi dengan jingle IYD. Tidak terasa, malam terakhir di Sanggau ditutup dengan pesta kembang api yang sangat meriah.
26 Oktober 2012
Misa penutupan dimulai pada pukul 8 pagi. Wah, tidak terasa IYD 2012 hampir berakhir. Misa ini dipimpin oleh Uskup Situmorang dan ada juga perwakilan dari Vatikan. Berkat penutup diberikan oleh perwakilan dari Vatikan yang memberikan indulgensi penuh. Aku tidak pernah membayangkan bisa mendapatkan indulgensi penuh dari Bapa Suci. Setelah itu ada acara penutupan yaitu sambutan dari Uskup Situmorang, Uskup Keuskupan Sanggau, perwakilan dari Kabupaten Sanggau, perwakilan panitia IYD 2012 dan perwakilan peserta IYD 2012. Lalu ada pembacaan deklarasi OMK Indonesia yang diwakili oleh 1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan, peserta IYD 2012. Dalam acara itu hadir pula Menteri Pertahanan Republik Indonesia yang memberikan sambutan. Penutupan IYD 2012 ditandai dengan pemukulan gong sebanyak 7 kali. Lalu kami masih bernyanyi bersama dan berfoto-foto. Banyak teman-teman yang sudah mulai meninggalkan mega tenda untuk kembali ke daerahnya masing-masing. Namun kenangan berjumpa dan berkumpul bersama OMK se- Indonesia tidak akan berlalu di ingatanku.
Aku  mendapatkan hal yang lebih dari sekedar euforia belaka. Pengalaman iman yang mendalam dari tanah Borneo mengubah cara pandangku tentang kehidupan. Aku belajar untuk memiliki iman tangguh yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Aku belajar untuk selalu menghadapi segala macam hambatan dalam mencapai tujuan. Aku belajar kesederhanaan. Dan aku belajar menghargai keberagaman dalam satu iman serta satu bangsa. Indonesian Youth Day pertama yang dilaksanakan di Pontianak, Sintang dan Sanggau telah menjadi pengalaman iman. Aku tidak akan mendapatkan hal seperti ini di bangku kuliah. Orang-orang yang aku temui sangat berarti dan telah menjadi bagian dari hidupku. Aku beruntung bisa mendapatkan kesempatan emas untuk menjadi salah satu peserta IYD dari kontingen Semarang. Di samping itu, aku menjadi semakin bersyukur atas rahmat kehidupan serta karunia yang boleh aku terima dalam hidupku. Terima kasih untuk semuanya…

Pra IYD3

Posted by wahyu cahyani at 8:48 PM 0 comments

Tidak terasa sudah memasuki Pra IYD 3. Itu berarti IYD sudah semakin dekat. Dalam pertemuan kali ini membahas berbagai hal teknis mengenai keberangkatan kontingen Semarang ke Pontianak. Selain itu, kami diberi bekal mengenai cara packing yang baik. Acara dimulai melebihi waktu yang telah ditentukan. Ya, beberapa pertemuan sebelumnya pun begitu. Sehingga memang ada usulan agar kita bisa tepat waktu. Aku tidak bisa membayangkan kalau saat keberangkatan kami juga tidak tepat waktu dan akhirnya ketinggalan pesawat. Lalu ada banyak hal yang harus dibawa. Selain barang pribadi ada juga barang-barang yang memang kami dibutuhkan saat performance kontingen. Persiapan yang dilakukan adalah persiapan fisik, persiapan rohani dan juga peralatan pribadi.
            Pagi harinya dalam kelompok kecil, kami diajak untuk berjalan menyusuri sungai di dekat Wisma YSC. Hal ini dilakukan sebagai simulasi pada saat di Kalimantan nanti. Ternyata cukup lelah juga. Setelah itu ada latihan untuk penampilan kontingen. Aku berperan sebagai pemain dolanan. Awalnya sih malu-malu, tapi karna aku sudah akrab dengan teman-teman yang lainnya maka kami terlihat kompak. Well, Pra IYD terakhir itu menandai bahwa pertemuan selanjutnya kami harus sudah siap berangkat IYD.
            Akhirnya tanggal 18 Oktober menjadi kesepakatan kami bertemu kembali untuk mengecek semua perlengkapan dan juga misa pelepasan. Melalui pertemuan ini aku merasa sebuah persiapan penting untuk dilakukan dengan sebaik-baiknya. Apalagi hal ini menyangkut banyak orang. Yap ternyata ungkapan ‘practice make perfect’ memang sangat tepat.
 

keep smile n full spirit ^ Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting