Thursday, April 4, 2013

Metopen

Posted by wahyu cahyani at 11:17 PM 0 comments
Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian adalah mencari Topic dan Bibliografinya.... Ini buatanku :)


Judul               : Penerapan Pembelajaran Terpadu Pada Siswa Kelas II Semester Genap SD Kanisius Kadirejo Tahun Ajaran 2013/2014

1.         Slamet Suyanto (2013), Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Terpadu.
            Pemerintah berencana untuk mengembangkan pendidikan karakter. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia. Kemerosotan moral dan sosial terlihat dari makin maraknya kasus-kasus kriminal. Ironisnya adalah pelaku kriminalitas berasal dari kalangan orang-orang “terdidik” dan memiliki jabatan. Pendidikan merupakan dasar bagi setiap manusia untuk mampu meningkatkan kualitas melalui pengembangan personal dan sosial. Melalui penelitian ini, kita dapat mengetahui pengaruh pendidikan dengan karakter bangsa, karakteristik pendidikan yang mengembangkan karakter, lalu karakter yang perlu dikembangkan, serta implementasi di sekolah. Implementasi pendidikan karakter dinilai lebih efektif dibanding model lainnya karena dibuat, disetujui dan dilaksanakan oleh komponen sekolah. Dalam prakteknya, pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui pembelajaran yang terpisah, semi terpadu dan terpadu. Untuk itu diperlukan 5 tahapan, yaitu identifikasi, perencanaan, pelaksanaan, pembiasaan dan evaluasi. Pendidikan karakter bertujuan agar manusia memiliki karakter, jati diri serta derajat sebagai bangsa Indonesia. Sehingga masyarakatnya dapat bermartabat, berkarakter, dan cerdas. Secara umum, pelaksanaan pendidikan karakter dapat melalui 3 cara, eksklusif, inklusif dan campuran. Secara inklusif, cara ini dapat dilakukan bersama seluruh warga, menggunakan semua mata pelajaran melalui pembelajaran terpadu. Hasil penelitian membuktikan bahwa hal itu tidak dapat terwujud tanpa adanya dukungan dari warga sekolah dan juga pemerintah. Agar pendidikan karakter dapat terwujud maka hal itu harus menjadi gerakan nasional. Model pembelajaran terpadu dirasa cocok sebagai jembatan dalam menanamkan pendidikan karakter. Hal ini dikarenakan pembelajaran terpadu mampu mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu serta tidak hanya mencapai aspek kognitif, namun juga afektif dan psikomotorik.
            Penelitian ini bermanfaat bagi saya karena ternyata penerapan pembelajaran terpadu seharusnya mampu menjadi cara untuk menanamkan pendidikan karakter.

2.         Alfiah dan Siti Fitriana (2009), Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model Webbed (Jaring Laba-Laba) dan Model Fragmented (Penggalan) Terhadap Hasil Belajar Unggah-Ungguhing Bahasa Jawa di Kelas Awal Sekolah Dasar.
            Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran model Webbed dan model pembelajaran Fragmented. Selanjutkan dapat disimpulkan model yang lebih efektif dari kedua model tersebut. Peneliti menggunakan eksperimen dengan rancangan tes awal dan tes akhir. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Citarum. Sampelnya dipilih secara acak. Kesimpulan dari penelitian ini pertama, hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran model Webbed lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran model Fragmented. Kedua, siswa yang memiliki kemampuan rendah pada pembelajaran model Webbed, hasilnya lebih rendah dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan rendah pada pembelajaran model Fragmented. Dengan demikian, pembelajaran model Webbed lebih efektif daripada pembelajaran model Fragmented.
            Penelitian ini bermanfaat bagi saya karena dengan penelitian ini saya dapat mengetahui bahwa secara umum, pembelajaran terpadu memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Sehingga kita harus memaksimalkan penerapan pembelajaran terpadu.
3.         Evi Sofiah (2009), Pembelajaran Terpadu Sebagai Media Belajar Matematika dan Motorik Dasar Pada Siswa SD.
            Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh Pembelajaran Terpadu dan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar, serta mengetahui pengaruh kemampuan awal terhadap kedua pendekatan tersebut. Kemampuan awal matematika dasar dibagi menjadi kemampuan tinggi dan rendah. Populasi dari penelitian ini adalah SDN Soka 34 Bandung Jawa Barat. Peneliti menggunakan metode eksperimen, serta menggunakan 40 orang sebagai sampelnya. Tes yang digunakan ada 2 yaitu tes kemampuan motorik dan tes matematika dasar. Peneliti melakukan 2 kali tes, tes awal dan tes akhir. Tes awal berupa tes motorik dasar dan matematika. Tujuan tes awal adalah untuk mengelompokkan anak pada kriteria tertentu, pada kemampuan tinggi atau rendah. Sedangkan tes akhir bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedua model pembelajaran tersebut.Teknik analisis datanya adalah Anova 2x2 dengan uji lanjut tuckey, dan menggunakan uji t pada taraf signifikansi 0,05. Beberapa kesimpulan yang dapat diambil, pertama hasil dari pembelajaran terpadu lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Kedua, anak yang memiliki kemampuan awal rendah, menggunakan pembelajaran terpadu hasilnya lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional. Sedangkan anak yang memiliki kemampuan awal tinggi, perbedaan kedua pendekatan pembelajaran tersebut tidak terlalu berarti. Namun, hasil dari pembelajaran terpadu sedikit lebih tinggi. Peneliti juga memberikan saran agar guru menggunakan pembelajaran terpadu. Pembelajaran ini sebagai inovasi baru, sehingga guru harus memperluas wawasan dan pengalamannya melalui literasi informasi yang cukup serta pelatihan.
            Penelitian ini bermanfaat bagi saya karena pembelajaran terpadu memiliki tingkat efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Selain itu banyak materi yang bisa dikaitkan, misalnya antara matematika dengan bidang jasmani. Maka penerapan pembelajaran terpadu harus dikembangakan. Salah satunya melalui penelitian-penelitian mengenai pembelajaran terpadu.

4.         Vicki Carpenter Kirk (2003), Investigation of the Impact of Integrated Learning System Use on Mathematics Achievement of Elementary Students.
            Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara waktu yang dihabiskan dalam model pembelajaran terpadu melalui petunjuk matematika tradisional dengan pencapaian yang diukur dengan standar tes pencapaian murid SD. Variabelnya adalah kelas, kemampuan kelas, serta jenis kelamin. Populasinya adalah siswa kelas 2, kelas 3, dan kelas 4 selama tahun ajaran 1997-1998. Peneliti menggunakan analisis varian untuk mengidentifikasi perbedaan antar variabel. Penelitian ini dapat membantu pendidik dalam membuat rencana penggunaan teknologi sebagai pelengkap dalam petunjuk tradisional. Pembelajaran terpadu membutuhkan usaha serta pendekatan yang cocok serta rencana yang matang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sehingga perlu adanya penilaian serta evaluasi yang terus-menerus guna mengetahui keefektifan penggunaan model pembelajaran ini. Hasil penelitian tersebut ternyata bervariasi. Penggunaan model pembelajaran terpadu dapat memberikan dampak positif, dampak negatif, serta tidak memberikan dampak. Dampak negatifnya ketika model tersebut diterapkan secara tidak maksimal atau penggunaan keseluruhannya rendah. Tidak adanya dampak, dapat ditemukan dalam beberapa hal. Hal ini dapat dilihat bahwa tidak adanya dampak yang berbeda terhadap perbedaan jenis kelamin maupun perbedaan kemampuan kelas. Dampak positif model pembelajaran terpadu, pada penggunaan konsep dan keterampilan matematika.
            Penelitian ini bermanfaat bagi saya karena pembelajaran terpadu memberikan berbagai dampak bagi peserta didik. Jika model pembelajaran terpadu dapat diterapkan secara maksimal tentu dapat memberikan hasil yang maksimal pula. Hal ini tidak bergantung pada jenis kelamin ataupun kemampuan suatu kelas. Untuk menerapkan pembelajaran terpadu, dibutuhkan kerjasama berbagai pihak serta kesiapan guru dan murid dalam proses pembelajaran.
5.         Uyoh Sadulloh (2001), Pelatihan Pembelajaran Terpadu Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar.
            Saat ini mutu proses dan hasil belajar masih menjadi masalah di dunia pendidikan. Guru sebagai ujung tombak pendidikan memiliki peranan penting. Prakteknya, saat ini masih banyak pengkotak-kotakan antar mata pelajaran. Padahal pola pikir anak-anak SD masih bersifat holistik (menyeluruh). Pelajaran yang bermakna menjadi lebih dapat bertahan lama. Sebagian besar guru masih melakukan pemisahan antar mata pelajaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui pembelajaran terpadu. Banyak guru yang belum memahami pemahaman, prinsip, dan prosedur pembelajaran ini. Pembelajaran ini dapat menjembatani hal-hal nyata dengan konsep-konsep abstrak. Sehingga anak benar-benar memahami materi pembelajaran. Tentunya diperlukan usaha dari guru. Maka penting untuk diadakan sosialisasi mengenai pembelajaran terpadu melalui pelatihan. Sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dalam hal ini guru khususnya bagi pendidikan dasar. Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah agar guru memiliki pemahaman yang mendalam, keterampilan yang baik, serta kemampuan untuk menyebarluaskan pada guru-guru lainnya sehingga pembelajaran terpadu lebih memasyarakat. Kesimpulan yang dapat ditarik antara lain, pelatihan tersebut memberikan manfaat yang besar di kalangan peserta, antusias dan rasa ingin tahu dari peserta sangat besar, peserta dapat mempraktekkannya melalui simulasi, serta peserta dapat menanyakan solusi atas kendala yang dihadapi saat proses pembelajaran. Maka peserta berharap adanya pelatihan yang serupa mengenai inovasi dalam model pembelajaran. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas harapannya adalah pembelajaran dapat dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai dengan perkembangan anak.
            Penelitian ini bermanfaat bagi saya karena pembelajaran terpadu merupakan model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak. Namun jika guru tidak memiliki kompetensi dalam merancang pembelajaran terpadu, maka pembelajaran tersebut kurang dapat berjalan secara maksimal. Maka pelatihan mengenai pembelajaran terpadu sangat penting bagi guru SD guna meningkatkan kualitas pendidikan dasar.

                                                                                   
                                                                                   

Thursday, March 7, 2013

Bruner

Posted by wahyu cahyani at 10:25 PM 0 comments

A.    Biografi Bruner
Jerome Seymour Bruner, lahir di New York City pada tanggal 1 Oktober 1915, berkebangsaan Amerika. Ia menyelesaikan gelar sarjana di Duke University (1937), serta doktor bidang psikologi di Harvard University (1939) dan mendapat gelar Ph.D. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi.

B.     Belajar Menurut Bruner
Pada dasarnya setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.

C.    Tahapan Belajar Menurut Bruner
Dalam belajar, Bruner membagi menjadi 3 tahapan, yaitu:
1.      Tahap enaktif (sensori) : peserta didik di dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung.
2.      Tahap ikonik (konkret) : kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari obyek-obyek. Dalam tahap ini, peserta didik tidak memanipulasi langsung obyek-obyek, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari obyek. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep (Sugandi, 2004:37).
3.      Tahap simbolik (abstrak) : anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak mencapai transisi dari penggunaan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan lebih fleksibel. Dalam penyajian suatu pengetahuan akan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai pemahaman.


D.    Tahapan Proses Belajar Menurut Bruner
Dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
1.      Tahap Informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
2.      Tahap Transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam tahap transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, tahap ini akan berlangsung sulit apabila tidak disertai dengan bimbingan guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran tertentu.
3.      Tahap Evaluasi (tahap penilaian meteri)
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi.
E.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengajaran
1.      Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.
Bruner melihat bahwa ada semacam kebutuhan untuk mengubah praktek mengajar sebagai proses mendapatkan pengetahuan untuk membentuk pola-pola pemikiran siswa. Bruner menyarankan pentingnya mengubah peranan, perhatian dan tujuan belajar siswa, mengubah keterampilan siswa kepada pengelolaan kemajuan intelektualnya. Pengajaran hendaknya mengembangkan fungsi tersebut dan guru hendaknya berupaya membelajarkan siswa kearah itu. Keefektifan belajar tidak hanya mempelajari bahan-bahan pengajaran tetapi juga belajar berbagai cara bagaimana cara memperoleh informasi dan memecahkan masalah. Oleh sebab itu, diskusi, problem solving, seminar akan memperkaya pengalaman siswa dan mempengaruhi cara belajar.
2.      Menstruktur pengetahuan untuk pemahaman yang optimal.
Tujuan akhir dari pengajaran berbagai mata pelajaran adalah pemahaman terhadap struktur pengetahuan. Mengerti struktur pengetahuan adalah memahami aspek-aspeknya dalam berbagai hal dengan penuh pengertian. Tugas guru adalah memberi siswa pengertian tentang struktur pengetahuan dengan berbagai cara sehingga mereka dapat membedakan informasi yang berarti dan yang tidak berarti.
3.      Mengurutkan penyajian bahan pengajaran untuk dipelajari siswa.
Tugas penting dari guru adalah mengubah pengetahuan menjadi bentuk yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir siswa. Bahan pengajaran hendaknya berhubungan, berurutan dan sesuai dengan kemampuan siswa. Banyak gagasan, konsep, proporsi, prinsip dan persoalan dari pengetahuan yang dapat disajikan kepada siswa secara sederhana sehingga dapat dipahami, dikenal dan dikuasainya. Mengurutkan bahan pengajaran agar dapat dipelajari siswa hendaknya mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:
a.       Kecepatan belajar
b.      Daya tahan untuk mengingat
c.       Transfer bahwa yang telah dipelajari kepada situasi baru
d.      Bentuk penyajian mengekspresikan bahan-bahan yang telah dipelajari
e.       Apa yang telah dipelajarinya mempunyai nilai ekonomis
f.       Apa yang telah dipelajari memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan baru dan menyusun hipotesis.
4.      Sukses, gagal , ganjaran dan hukuman.
Peranan penguat dalam proses pengajaran cukup penting terutama sebagai faktor eksternal. Penguatan sebaiknya dimulai untuk perbuatan yang ditujukan untuk pengulangan. Ada dua alternatif yang mungkin dicapai siswa
Manakala dihadapkan dengan tugas-tugas belajar yakni sukses dan gagal. Sedangkan dua alternatif yang digunakan untuk mendorong perbuatan belajar adalah ganjaran dan hukuman. Ganjaran dikaitkan dengan keberhasilan (sukses) hukuman dikaitkan dengan kegagalan.

5.      Prosedur Mendorong Berpikir.
Pengetahuan yang diperoleh seseorang antara lain dapat dilihat dalam berbagai bentuk misalnya persepsi terhadap peristiwa, konsep-konsep yang diperolehnya. Pengajaran hendaknya mengembangkan proses berpikir pemecahan masalah baik dalam mendapatkan informasi, menggunakan informasi, ataupun dalam memanfaatkan informasi yang diperolehnya bagi pemecahan masalah yang dihadapinya.

F.     Metode yang Relevan Dengan Teori Bruner
Metode yang sesuai dengan teori Bruner diantaranya belajar penemuan (discovery learning), inkuiri, dan problem solving. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengijinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.

G.    Alat Instruksional Menurut Bruner
Bruner membagi 3 alat instruksional yang dapat mendukung pembelajaran, yaitu:
1.      Alat untuk menyampaikan pengalaman (sebagai pengganti pengalaman yang langsung) yaitu menyajikan bahan yang tidak dapat mereka peroleh secara langsung di sekolah. Hal ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dan sebagainya,
2.      Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala misalnya model molekul, model bangun ruang,
3.      Alat dramatisasi, yakni mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam, untuk memberikan pengertian tentang suatu idea atau gejala,

                                                                                                
H.    Penerapan Teori Bruner Dalam Pembelajaran
1.      Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep.
2.      Bantu siswa untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.
3.      Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri.
4.      Ajak dan beri semangat siswa untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu  si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.
5.      Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah

I.       Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
Kekurangan
   Dapat memotivasi siswa
   Memberikan keterampilan menyelesaikan masalah
   Dapat memahami info yang diterima
Tidak semua materi yang ada dalam matematika sekoah dasar dapat dilakukan dengan metode penemuan.


J.      Kesimpulan
Menurut Bruner, proses belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi, transformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa. Dalam belajar ada juga tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.

K.    Referensi
Mulyati, Psikologi Belajar, 2005, Penerbit Andi : Yogyakarta.

Model Kemp

Posted by wahyu cahyani at 8:33 AM 0 comments

A.    Perencanaan Pembelajaran Kemp
Jerold E. Kemp berasal dari California State University di Sanjose. Kemp mengembangkan model desain instruksional yang paling awal bagi pendidikan. Model Kemp memberikan bimbingan kepada para siswanya untuk berpikir tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan pembelajaran.
Desain pembelajaran Model Kemp ini dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan, yakni:
1.   Apa yang harus dipelajari siswa (tujuan pembelajaran).
2.Apa/bagaimana prosedur, dan sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk  mencapai hasil belajar yang diinginkan (kegiatan, media, dan sumber belajar yang digunakan).
3.Bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai (evaluasi).

B.     Langkah-langkah Pengembangan Model Kemp
Pada dasarnya, perencanaan dalam desain pembelajaran terdiri atas delapan langkah:

1.      Menentukan topik dan tujuan instruksional umum
Menentukan topik dan tujuan instruksional umum untuk pembelajaran tiap pokok-pokok bahasan. Sebuah perencanaan harus menentukan topik utama, begitu pula dengan perencanaan Kemp, topik tersebut akan menjadi cakupan program pembelajaran yang dibuat. Topik biasanya disusun secara logis, paling sedeerhana, dan konkret sehingga orang dapat langsung melihat gambaran dari rencana program pembelajaran tersebut. Topik dapat disusun berdasarkan pengalaman yang didapat atau pemikiran yang menjadi dasar sesuatu yang akan dibuat.

2.      Menganalisis karakteristik pelajar
Ketika merancang sebuah rencana pembelajaran Kemp, kita harus memutuskan karakteristik dari siswa karena dengan mengetahui karakteristik tersebut sangat membantu dalam membuat perencanaan pembelajaran. Analisis ini diperlukan antara lain untuk mengetahui, apakah latar belakang pendidikan, dan sosial budaya siswa memungkinkan untuk mengikuti program, dan langkah-langkah apa yang perlu diambil.


3.      Tujuan Pembelajaran
Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat dijadikan tolak ukur  perilaku pelajar. Dengan demikian, siswa akan mengetahui apa yang harus dikerjakannya, dan apa ukurannya dia telah berhasil. Dari segi pengajar, rumusan itu akan berguna dalam menyusun tes kemampuan/keberhasilan dan pemilihan materi yang sesuai.

4.      Menentukan isi materi
Menentukan isi meteri pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan. Isi materi pelajaran memberikan inti informasi yang diperlukan dalam pokok bahasan. Informasi menumbuhkan pengetahuan yang merupakan tata hubungan antara rincian fakta. Hasil akhirnya adalah pemikiran intelektual dan pemahaman.

5.      Menetapkan pengajaran awal (Pre-Assesment)
Langkah ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memenuhi persyaratan belajar yang dituntut untuk mengikuti program yang bersangkutan serta untuk pemahaman siswa terhadap materi yang akan diberikan.
Dalam pelaksanaannya, pre-assesment tidak selalu harus dilakukan dengan konsep formal. Misalnya saja kita dapat bertanya langsung pada siswa di dalam kelas. Kita dapat bertanya berapa banyak di antara mereka yang telah mengerti dengan materi yang akan diberikan.

6.      Aktivitas Belajar Mengajar
Pada tahapan ini dijelaskan tentang bentuk – bentuk dari kegiatan belajar yang efektif dan media–media yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Dalam kegiatan pembelajaran ada tiga alternatif pembelajaran yaitu group presentation, individualized learning, dan interaction between teacher and student. Dalam melakukan proses pembelajaran hendaknya kita memilih alternatif kegiatan yang paling efektif dan sesuai dengan keadaan siswa. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan.
Umumnya para guru dapat menrancang pembelajaran dengan bantuan buku manual. Namun hal itu hanya terbatas pada pembelajaran yang bersifat tradisional saja. Padahal ilmu pendidikan senantiasa berkembang dan terus mengeluarkan produk  – produk baru yang lebih canggih lagi. Dari sinilah masalah muncul, karena para guru tidak menguasai produk–produk baru tersebut. Di sinilah peran seorang perancang diperlukan. Sumber pembelajaran juga merupakan komponen terpenting yang tidak boleh kita lupakan dalam media pembelajaran.
Hendaknya kita memilih media yang cocok dengan kondisi dan materi yang akan diberikan. Media yang baik dapat memotivasi siswa dan dapat menjelaskan materi secara efektif serta mengilustrasikan isi materi. Media yang digunakan dapat bermacam – macam. Media yang digunakan dapat berupa media cetak, media audio, media visual, dan media audio visual yang terpenting media itu dapat menunjang kegiatan personal maupun kelompok.

7.      Sarana Penunjang
Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu dan lainnya.
a.       Biaya
Dana merupakan hal yang amat krusial dalam pengembangan pendidikan. Semua program baru yang akan dipakai tentunya memerlukan dana untuk memulainya. Sekolah yang ingin mengembangkan program pendidikannya misalnya saja dengan membuat inovasi baru, penelitian, dan pengembangan memerlukan biaya untuk menjalankannya. Pemanfaatan biaya dilakukan ketika masa pengembangan dan selama pemakaian peralatan.
b.      Fasilitas
Proses pembelajaran tentunya membutuhkan fasilitas yang memadai untuk keberlangsungannya proses belajar-mengajar. Dalam kegiatan presentasi, kita membutuhkan proyektor audio visual, sound system, papan tulis dan perlengkapan lainnya.
c.       Waktu
Dalam menentukan program hendaknya kita memperhatikan jadwal dan waktu yang tepat.

8.      Evaluasi
Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan. Evaluasi harus sejalan dengan tujuan awal pembelajaran. Selanjutnya tujuan awal pembelajaran akan berperan sebagai acuan dari evaluasi. Proses evaluasi ini berfungsi untuk mengukur hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan. Selain itu proses evaluasi juga berfungsi untuk mengukur tingkat keberhasilan program pembelajaran yang telah dirancang. Dari proses evaluasi ini kita dapat melihat perbandingan siswa yang lulus dan tidak lulus. Jika perbandingan siswa yang lulus lebih banyak dibandingkan siswa yang tidak lulus maka pembelajaran ini dianggap berhasil.

C.    Pola Dasar dalam Mengajar
Tiga pola dasar dalam proses belajar mengajar antara lain:
1.   Guru mempresentasikan informasi kepada siswa melalui ceramah, demonstrasi, tulisan, dll.
2.   Siswa belajar sendiri dengan jalan membaca teks, memecahkan masalah, menulis laporan, membaca di perpustakaan, melakukan percobaan di laboratorium, dan sebagainya.
3.   Interaksi antara guru dan siswa dengan jalan diskusi, tanya jawab, aktivitas-aktivitas kelompok kecil dan proyek-proyek.

D.    Prinsip Belajar
Guru juga harus memperhatikan prinsip belajar yang mencakup antara lain:
1.      Persiapan sebelum belajar
2.      Motivasi
3.      Perbedaan individual
4.      Kondisi instruksional
5.      Persiapan aktif 
6.      Keberhasilan
7.      Pengetahuan tentang hasil yang diperoleh
8.      Praktek
9.      Kecepatan mempresentasikan materi
10.  Sikap guru yang positif 


E.     Kelemahan dan Kelebihan Perencanaan Pembelajaran Kemp
Kelebihan Model Pembelajaran Kemp Dari Model Pembelajaran Lain
Kelemahan Model Pembelajaran Kemp Dari Model Pembelajaran Lain
1.      1. Ketika akan melakukan langkah-langkah selanjutnya selalu dilakukan revisi terlebih dahulu.
2.      2. Model Pembelajaran Kemp berbentuk siklus yang memberi kemungkinan bagi penggunanya untuk memulai kegiatan desain sistem pembelajaran dari fase manapun.
3.      3. Model pembelajaran Kemp berfokus pada  perencanaan kurikulum dengan pendekatan tradisional/klasik.
1.   1. Untuk model pembelajaran lain, revisi hanya dilakukan setelah evaluasi pembelajaran.

2.   2. Untuk model pembelajaran lain, langkah awal dalam proses pembelajaran sudah ditetapkan.

F.     Kesimpulan
Pengembangan desain sistem pembelajaran terdiri atas komponen-komponen, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan berbagai kendala yang timbul.

G.    Referensi
Mudhofir.1996.Teknologi Instruksional.Bandung:Remaja Rosdakarya
http://www.scribd.com/doc/55407553/Model-Kemp-2 diunduh tanggal 25 feb jam 10:31
 

keep smile n full spirit ^ Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting