Apa yang terbersit dalam pikiran kita jika mendengar kata mahasiswa? Tak jarang orang akan berpikir tentang tindakan anarkis seperti bentrok, demo yang penuh aksi kekerasan, dan hal-hal buruk lain yang sepertinya telah melekat dalam gambaran sebagai mahasiswa. Memang, seperti itulah kenyataannya. Kesan memang akan jauh lebih diingat orang daripada hal yang sebenarnya. Saya dapat menganalogikan seperti orang yang terlihat pintar akan dinilai pintar oleh orang lain, meskipun dia tidak benar-benar pintar. Sedangkan orang yang walaupun sebenarnya pintar, namun kesannya tidak seperti orang pintar, maka orang lain tidak akan menganggap dia pintar. Meskipun hanya oknum mahasiswa, namun seolah-olah mahasiswa cenderung dekat dengan hal-hal yang besifat anarkis dan tindakan kekerasan.
Globalisasi memang memberikan tantangan tersendiri bagi kita sebagai mahasiswa. Tentu tantangan ini lebih berat daripada yang sebelumnya. Jika kita tidak memiliki pedoman dan prinsip, maka kita bisa saja menjadi korban dalam globalisasi. Seperti yang sudah diuraikan di atas, salah satu contoh korban dari globalisasi adalah munculnya tindakan anarkis. Seolah-olah sebuah masalah hanya dapat dilakukan dengan satu cara, yaitu dengan kekerasan. Kita memang harus terus mengikuti perkembangan jaman. Namun di sisi lain, kita juga harus memiliki pendirian yang membuat kita tidak hanyut dalam arus globalisasi. Seperti pepatah jawa yang mengatakan ngeli aja keli (mengikuti arus tapi jangan sampai terseret oleh arus itu)
Kaum intelektual merupakan golongan yang memiliki pengetahuan, terpelajar, serta terdidik. Dalam hal ini, tentu memiliki wawasan yang luas dan mampu mengatasi masalah yang ada. Kita, sebagai mahasiswa merupakan kaum intelektual muda yang memiliki semangat dan kreativitas yang tinggi. Kini pertanyaannya adalah, bagaimana kita dapat menjadi pelaku di era globalisasi? Atau maukah kita hanya sebagai korban? Untuk menjadi pelaku, maka harus dimulai dari cara berpikir (mind set) kita. Cara kita melihat segala persoalan dari sudut pandang global dan memberikan solusi yang disesuaikan dengan persoalan kita. Prinsipnya adalah kita harus dapat menghargai perbedaan dan mengutamakan perdamaian. Jika kita sudah dapat berpikir seperti itu, masihkah kekerasan, konflik dan permusuhan terjadi?
Finally, think globally act locally ^_^
0 comments on "Intelektual Muda di Era Globalisasi"
Post a Comment