- Pendidikan Menurut Driyarkara
Menurut Driyarkara, pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda. Manusia adalah orang yang sudah dapat berperilaku selayaknya manusia. Apabila belum dapat berperilaku selayaknya manusia maka perlu dididik. Hominisasi adalah proses evolusi manusia(penjadian manusia). Perkembangan anak sampai pada taraf minimal sebagai manusia yaitu bisa mandiri. Melakukan kegiatan tanpa bantuan orang lain. Misalnya makan sendiri, minum, mandi, dan sebagainya. Humanisasi merupakan perkembangan yang lebih optimal. Hominisasi individual merupakan proses perkembangan individu. Humanisasi individual merupakan proses perkembangan individu menjadi lebih kreatif dan dewasa.
Fungsi pendidikan ada 3, yaitu pendidikan sebagai sarana komunikasi, sosial budaya, mengenalkan IPTEK. Driyarkara juga melihat pendidikan sebagai sarana mengenal dan mengembangkan budaya.
Pendidikan mempunyai arti mendalam yaitu untuk mengembangkan diri menjadi manusia yang utuh.
- Pendidikan Menurut Paulo Freire
Menurut Paulo Freire, pendidikan adalah sesuatu yang membebaskan dimana peserta didik merasa sebagai tuan atas pemikirannya sehingga dapat berdiskusi mengenai pandangannya. Secara umum, pendidikan adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan. Paulo Freire juga menghapus Gaya Bank dan memperkenalkan Pendidikan Hadap Masalah. Pendidikan Hadap Masalah menekankan dialog dan menjadikan peserta didik berpikir kritis, memberi kebebasan untuk mengembangkan kreatifitasnya serta mendorong refleksi atas tindakannya.
Fungsi pendidikan menurutnya adalah sebagai praktek kebebasan, mendorong guru dan murid sebagai subyek dalam proses pendidikan, serta sebagai sarana untuk mempermudah integrasi generasi muda ke logika, sehingga memberi kesempatan untuk berpikir kritis dan kreatif.
- Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan merupakan jembatan emas menuju perubahan. Beliau memiliki gagasan pendidikan yang bersifat pribumi, yaitu dengan memadukan gaya Eropa modern dengan seni Jawa tradisional. Sistem Among diterapkan menggunakan prinsip kekeluargaan dan kemerdekaan. Kodrat alam dan kemerdekaan maksudnya anak dibiarkan tumbuh sesuai dengan bakat, minat dan potensinya masing-masing tanpa ada paksaan. Semboyan Ki Hadjar Dewantara adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah, guru menumbuhkan ide murid), dan Tut Wuri Handayani (dari belakang, guru memberikan dorongan atau arahan).
Menurut beliau, ada Tri Pusat Pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan oraganisasi pemuda. Lingkungan organisasi pemuda yaitu teman sebaya atau pergaulan dengan orang-orang seumuran.
Pendidikan merupakan proses pembudayaan yaitu usaha untuk memberikan nilai-nilai luhur pada generasi baru, tidak hanya bersifat memelihara tetapi juga memajukan dan mengembangkannya sehingga Sistem Among perlu menjadi pertimbangan untuk dapat diterapkan secara proporsional.
- Teori Perkembangan John Locke dan Jean-Jacques Rousseau
- Menurut John Locke, lingkunganlah yang membentuk jiwa. Anak merupakan wadah kosong yang harus diisi.
- Menurut Rousseau, anak bukanlah wadah kosong akan tetapi mereka sudah memiliki mode perasaan dan pemikirannya sendiri karena mereka berkembang menurut rencana alam, yang mendesak mereka untuk mengembangkan kemampuan dan perasaan yang berbeda di tingkat yang berbeda pula. Sehingga Rousseau mengajukan pendidikan yang “berpusat pada anak”. Dengan cara ini, anak dapat berkembang dengan usianya.
Akan lebih baik jika teori John Locke dan Rousseau digabungkan. Anak dapat tumbuh menggunakan cara mereka sendiri disertai bimbingan dari orang dewasa. Hal ini akan menjadikan perkembangan mereka lebih maksimal.
- Teori Perkembangan Kognisi J. Piaget
Pendidikan yang optimal membutuhkan pengalaman yang menantang bagi si pembelajar. Belajar akan berhasil jika guru memberi rangsangan pada siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan secara aktif.
Konsep Teori Piaget (secara individual) :
Skemata – Asimilasi - Akomodasi – Equilibrasi
Skemata : memori-memori atau konsep-konsep mengenai suatu hal yang terekam dalam hati.
Asimilasi : bagian dari proses kognitif, anak mengadaptasi diri terhadap lingkungan.
Akomodasi : penyesuaian konsep / data yang baru dari lingkungan.
Equilibrasi : apa yang ada di dalam pikiran dengan apa yang ada di luar sudah sesuai.
Tahap perkembangan menurut Piaget :
1. Sensorimotor (0-2 tahun) : tidak adanya bahasa, hanya tindakan fisik.
2. Pra Operasional (2-7 tahun) : berfikir menggunakan symbol dan pencitraan batiniah.
3. Operasional Konkrit (7-11 tahun) : dapat melakukan pengurutan
4. Operasional Formal (11th-dewasa) : dapat berfikir logis
- Teori Perkembangan Kognisi Vygotsky
Vygotsky berbicara hal yang sama dengan Piaget. Akan tetapi, menurut Vygotsky belajar merupakan konsep bersama (bukan berdasar pengalaman pribadi) dan lebih kepada pengalaman bersama-sama.
Piaget : proses dalam konteks individual
Vygotsky : proses terjadi dalam konteks sosial
Vygotsky tidak hanya mengembangkan kognitif dari dalam anak, tetapi juga kognitif dari luar. Akan tetapi teori ini jangan terlalu dibiasakan pada anak karena anak akan menjadi tergantung untuk selalu meminta bantuan dari orang lain.
- Teori Belajar Gestalt
Teori Belajar Gestalt dicetuskan oleh Max Wertheimer, Wolfgang Kohler, Kurt Kofka. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan secara keseluruhan, bukan hanya secara intelektual, tetapi secara fisik, emosional, social dan sebagainya. Hukum-hukum belajar Gestalt : Hukum Pragnanz (penataan psikologis selalu sebaik yang diizinkan oleh lingkungan pengontrolnya), Hukum Kesamaan, Hukum Keterdekatan, Hukum Ketertutupan, Hukum Kontinuitas.
Menurut mereka, belajar adalah menangkap segala sesuatu secara keseluruhan atau komprehensif (garis besar / kesatuan dan ada kecenderungan psikologis).
- Teori Belajar Albert Bandura
Menurut Bandura, belajar adalah proses mengamati dan mungkin meniru suatu informasi yang diperoleh dari apa yang dianggap model sebagai sumber belajar. Belajar Observasional bisa imitasi atau mungkin juga tidak. Imitasi hanya sekedar meniru apa yang dilihat, tetapi Belajar Observasional lebih kompleks.
Dengan belajar observasional, anak harus mengolah dan memproses informasi lebih lanjut kemudian diwujudkan dalam tindakan atau perilaku.
- Teori Belajar Edward Chace Tolman
Teori Belajar Tolman merupakan behavior purposif, maksudnya sebuah tingkah laku terjadi karena ada tujuannya.
Menurut Tolman, belajar adalah jika siswa mampu menemukan sendiri melalui lingkungannya dengan eksperimen. Guru hanya sebagai fasilitator saja dimana siswa dapat mendiskusikan hal yang mereka temui.
Belajar terjadi secara konstan. Siswa dapat memiliki kesempatan secara individu maupun kelompok untuk menguji ide-idenya. Dengan demikian, guru yang Tolmenian adalah guru yang dapat membantu dan membimbing siswa serta memberikan pengalaman pada siswa.
- Teori Belajar Jerome Bruner
Belajar, menurut Bruner adalah menghubungkan pengetahuan yang satu dengan yang lain. Hal itu dapat terjadi, salah satunya dengan metode penemuan. Dalam belajar penemuan, siswa diberi kebebasan untuk menyelidiki suatu masalah sehingga siswa dapat mengatasi masalah tersebut.
Tujuan dari belajar ini adalah untuk merangsang keingintahuan siswa, melatih kemampuan intelektualnya dan memotivasi mereka. Dengan penemuan, maka anak akan mengalami sendiri sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan lama. Siswa bukan semata-mata tahu akan sebuah pengetahuan, akan tetapi benar-benar memahami melalui penemuannya sendiri.
- Teori Belajar David Ausubel
Menurut Ausubel, belajar dapat dilihat dari 2 dimensi. Dimensi yang pertama dilihat dari cara guru menyampaikan materi, dapat secara penerimaan dan penemuan. Dimensi yang kedua adalah cara siswa mengaitkan informasi baru dengan konsep yang sudah diketahui, dapat secara hafalan ataupun penemuan.
Belajar adalah menggabungkan ide baru dengan konsep yang telah dimiliki siswa. Materi disampaikan dari yang bersifat umum menuju ke yang bersifat khusus.
Dengan demikian, untuk memudahkannya dapat digunakan peta konsep (mind map). Dengan menghubungkan konsep yang sudah dimiliki, hal ini akan memudahkan siswa untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya.
- Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov
Pavlov berasumsi bahwa kesadaran hubungan CS(Conditional Stimulus)-US(Unconditional Stimulus) dari pembelajar tidak dibutuhkan untuk proses belajar.
Prinsip Pavlov sulit diaplikasikan ke pendidikan, meskipun begitu kita dapat mengetahui bahwa setiap kali kejadian netral dipasangkan dengan kejadian bermakna, akan terjadi pengkondisian klasik atau pengkondisian secara alamiah.
Modifikasi sikap dan emosi terhadap belajar berdasarkan berdasarkan pengkondisian klasik harus dilakukan dengan hati-hati sehingga dapat ditemukan program pendidikan yang cocok.
Teori Belajar Pavlov merupakan salah satu Behaviorisme dimana belajar berdasarkan tingkah laku / perilaku.
- Teori Belajar Burrhus Fredrick Skinner
Teori Belajar menurut Skinner merupakan Behaviorisme dimana tingkah laku atau perilaku dibentuk karena adanya rangsang dari luar. Menurutnya, yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement) maksudnya pengetahuan yang telah dibentuk melalui stimulus-respon akan semakin kuat apabila terdapat penguatan.
Inti pemikirannya adalah setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari luar. Dia juga berpendapat bahwa reward dan punishment akan menghasilkan konsekuensi.
Dalam analisisnya ada 3 macam :
1. Konsekuensi netral tidak berpengaruh terjadinya perilaku di masa depan.
2. Reinforcement meningkatkan adanya respon di masa depan
3. Punishment (hukuman) memperlemah respon tersebut muncul di masa depan.
Hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya.
- Teori Belajar Edward Lee Thorndike
Thorndike merupakan penganut teori Behaviorisme. Teorinya dapat disebut juga teori koneksionisme karena ada hubungan antar respon, situasi dan tingkah laku yang mendatangkan hasilnya (proses interaksi antara stimulus dan respon).
Hal yang paling dasar dalam proses belajar adalah trial and error learning (dengan percobaan). Belajar tidak selalu dengan berpikir dan berpikir tetapi dari pengamatan dan pengalaman.
Teorinya berpusat pada latihan dan ulangan yang diberikan kepada siswa yang akan berpengaruh pada perkembangannya. Sehingga siswa kurang aktif untuk berinisiatif. Belajar semata-mata hanya melatih refleks-refleks sedemikian sehingga menjadi kebiasaan individu. Dalam arti, guru kurang mengetahui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam belajar.
- Gaya Belajar Menurut Metode Montessori
Inti dari gaya belajar Montessori adalah setiap anak memiliki tahap perkembangan tertentu sesuai dengan perkembangan umurnya. Faktor lingkungan dan pendidikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan mereka.
Periode dalam perkembangan manusia :
1. Periode pertama (0-6 th)
Menurut Montessori anak mengalami perkembangan fisik dan psikologis yang mencolok.
2. Periode kedua (6-12 th)
Karya anak pada periode ini adalah pembentukan kemerdekaan intelektual, rasa moral dan organisasi sosial.
3. Periode ketiga (12-18 th)
Karya anak pada tahap ini adalah pembangunan dewasa diri dalam masyarakat.
4. Periode keempat (18-24 th)
Montessori menulis sedikit tentang periode ini dan tidak mengembangkan program pendidikan bagi usia ini.
Oleh karena itu, lingkungan harus merupakan tempat yang menyenangkan dimana guru dapat mengamati perkembangan mereka dan membuat perubahan sesuai dengan kebutuhan perkembangannya.
- Kecerdasan Ganda Menurut Howard Gardner
Menurut Howard Gardner, kecerdasan bukan sesuatu yang bersifat tetap, bukan juga unit kepemilikan tunggal akan tetapi merupakan ketrampilan dan kemampuan yang dapat dikembangkan. Masing-masing kecerdasan memiliki bentuk kemampuan dan pola belajar tersendiri. Setiap manusia memiliki kecerdasan yang berbeda satu dengan yang lain.
Kecerdasan menurut Gardner : kecerdasan visual spasial, logis matematis, kinestetik / tubuh, verbal linguistic, musical, intrapersonal, interpersonal, natural, eksistensial.
Penerapannya tidak menggunakan metode khusus, dapat diintegrasikan dengan kegiatan belajar mengajar. Setiap manusia memiliki potensi dari kesembilan kecerdasan tersebut. Akan tetapi hanya beberapa yang akan menjadi bakat. Dari beberapa bakat, hanya sedikit yang akan menjadi kecerdasan dengan kemampuan tinggi. Dan akhirnya dari kecerdasan tersebut dapat dijadikan sebuah profesi.
- Kecerdasan Emosional Menurut Goleman
Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan menjaga suasana hati sehingga tidak melumpuhkan kemampuan berpikir.
Apabila kita tidak bisa mengelola emosi maka akan terseret oleh emosi yang lain sehingga kita dapat dengan mudah diombang-ambingkan.
Emosi dapat digali, dipahami dan dikendalikan. Cara mengendalikannya adalah dengan kesadaran diri.
Dalam pembelajaran, sekolah dapat menggunakan perasaan dalam kehidupan anak sebagai topik. Kecerdasan emosi penting dalam kehidupan kita untuk menghadapi masalah yang ada.
Cara cerdas mengelola emosi antara lain : kesadaran diri (sadar akan apa yang dialami), pengaturan diri (mengelola), motivasi, empati terhadap orang lain, dan ketrampilan sosial (bisa berinteraksi dengan baik).
Pandangan yang sekarang ini secara luas diterima dan relevan untuk diikuti antara lain :
- Pendidikan menurut Paulo Freire
Pandangan tersebut dapat diterapkan di jaman ini karena memberikan kesempatan dan ruang bagi siswa untuk dapat menjadi tuan atas dirinya sendiri. Termasuk juga tuan atas pemikirannya sehingga anak dapat melakukan dialog dan mencetuskan ide-idenya dan mendapatkan tanggapan dari kawan sebaya.
Dewasa ini, guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Oleh karena itu, pandangan beliau dapat dijadikan pertimbangan untuk diterapkan.
- Teori Belajar David Ausubel
Pemikirannya sangat relevan untuk diikuti karena menggabungkan konsep yang telah dimilki siswa dengan konsep baru yang akan diajarkan. Hal ini akan membuat anak belajar bermakna, bukan hanya sekedar menghafal sehingga materi akan lebih lama diingat.
- Gaya Belajar Metode Montessori
Saat ini, metode Montessori banyak diikuti dan mulai dikembangkan. Berbagai macam media dan alat peraga Montessori juga mulai digunakan. Metode ini membuat lingkungan menjadi menyenangkan sebagai tempat belajar siswa. Dan memang sudah seharusnya lingkungan yang ada disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.
- Kecerdasan Ganda Howard Gardner
Di masa teknologi seperti sekarang ini, kecerdasan anak bukan hanya kognitif, tetapi meliputi hal lain seperti diungkapkan Howard Gardner. Setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda. Tes DMI (Dermatoglyphics Multiple Intelligence) membuat bakat menjadi lebih pasti. Tes tersebut menggunakan sidik jari. Howard Gardner menyatakan bahwa cara tradisional memandang kecerdasan berdasarkan tes IQ, sangat terbatas.
Kecerdasan juga dapat berkembang karena pendidikan, lingkungan dan pengalaman yang dimiliki. Implikasi di teori ini adalah kegiatan belajar seharusnya terfokus pada kecerdasan tertentu yang dimiliki seseorang dan menggunakan metode serta gaya pengajaran yang benar.
0 comments on "LPSD"
Post a Comment